Nama : Tiara Revischa Neldi
Kelas: 1EB23
Soal
1. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan Manajemen!
2. Jelaskan dan uraikan
tentang Fungsi-fungsi Manajemen dan keterkaitannya satu sama lain!
3. Jelaskan tentang
berbagai tingkatan manajemen dan ketrampilan apa saja yang dibutuhkan oleh
setiap manajer dalam organisasi!
4. Jelaskan perbedaan
antara perencanaan strategis dan perencanaan taktis!
5. Jelaskan berbagai
gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh manajer dalam mengarahkan bawahan
dan jelaskan pula gaya kepemimpinan mana yang terbaik!
Jawab
1. Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal.
2. Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada
dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry
Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen,
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:
· Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi
lainnya tak dapat berjalan.
· Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada
tingkatan mana keputusan harus diambil.
· Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha.
3. Tingkatan manajemen:
· Manajemen
pertama (Lini Manajement)
Tingkatan yang paling
bawah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga operasional.
· Manajemen
menengah (Middle Manajement)
Bertugas mengembangkan
rencana sesuai dengan tujuan dan tingkatan yang lebih tinggi dan
melaporkannya kepada Top Manajer
· Manajemen
puncak (Top Level Manajement)
Tingkatan manajemen
tertinggi dalam organisasi, yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan
aktivitas organisasi. Mereka menetapkan kebijaksanaan operasional dan bimbingan
hubungan organisasi dengan lingkungan.
Keterampilan yang
harus dimiliki:
· Keterampilan
teknik: manajer keuangan
· Keterampilan
kemanusiaan: keterampilan, tanggungjawab, bijaksana mengambil keputusan.
· Keterampilan
administrasi: menguasai segala tata kelola mengenai surat menyurat dan
perjanjian.
· Keterampilan
konseptual: perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, penyusunan personalia.
4. Strategi (Strategy)
menjelaskan arah yang akan dituju perusahaan dan menuntun pengalokasian sumber
daya dan upaya. Dari sudut pendang lain, strategi menjelaskan bisnis di mana
kita berada dan bisnis di mana kita akan berada. Strategi menyediakan logika
yang mengintegrasikan perspektif departemen fungsional dan unit operasional
serta mengarahkan mereka semua pada arah yang sama.
Pernyataan strategi
untuk unit bisnis terdiri dari elemen sebagai berikut:
·
Suatu definisi bisnis
yang merinci bidang di mana perusahaan tersebut akan bersaing
·
Arahan strategis yang
menjelaskan di mana keunggulan bersing akan diperoleh.
·
Strategi fungsional
pendukung.
Taktik (tactics)
adalah tindakan jangka pendek yang dilakukan untuk menerapkan strategi yang
lebih luas. Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah suatu pernyataan
bagaimana caranya suatu merek atau lini produk akan mencapai tujuannya.
Strategi memberikan keputusan dan arahan sehubungan dengan variabel-variabel
seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, pemosisian, elemen bauran
pemasaran, dan pengeluaran.
5. Dalam ilmu
adminstrasi ada beberapa macam teori gaya kepemimpinan yang di tawarkan oleh
para pakar leardership, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modernyaitu
gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard antara lain :
- Gaya Kepemimpinan Klasik
Teori klasik gaya
kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan
terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur
bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu mengarahkan (directing), pembinaan
(coaching), Partisipatifi (participation) dan Mendelegasikan (delegating)
· Mengarahkan (directing)
Gaya kepemimpinan yang
mengarahkan, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer
pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara
itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi
seperti ini Hersey and Blancard menyarankan agar pemimpin memainkan peran
directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu,
dengan terus intens berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya.
Pertama pemimpin harus mencari tahu mengapa orang tersebut tidak termotivasi,
kemudian mencari tahu dimana keterbatasannya. Dengan demikian pemimpin harus
memberi arahan dalam penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan motivasi dan
optimismenya.
· Membina/ Melatih (coaching)
Pada kondisi karyawan
menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba
melakukannya, manajer juga harus memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan
dan tanggung jawab karyawan. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya menghabiskan
waktu mendengarkan dan menasihati, dan membantu karyawan untuk memperoleh
keterampilan yang diperlukan melalui metode pembinaan.
· Partisipatifi
(participation)
Gaya kepemimpinan
partisipasi, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika karyawan
memiliki tingkat kemampuan yang cukup, tetapi tidak memiliki kemauan untuk
melakukan tanggung jawab. Hal ini bisa dikarenakan rendahnya etos kerja atau
ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab. Dalam kasus ini
pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan dan
mengapresiasi usaha-usaha yang dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa
dirinya penting dan senang menyelesaikan tugas.
· Mendelegasikan (delegating)
Selanjutnya, untuk
tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya
kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya delegasi ini
pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah
mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk
melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, kapan dan dimana
pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu
diperlukan komunikasi dua arah, cukup memberikan untuk terus berkembang saja
dengan terus diawasi.
- Gaya Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan,
secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap
peningkatan produktivitas kerja karyawan atau pegawai. Hal ini didukung oleh
Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam
lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam meningkatkan produktivitas
kerja. Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada tingkat kematangan yaitu
bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang seperti
ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga memberikan perilaku yang
mendukung. Dalam hal ini pimpinan atau pemimpin perlu membuka komunikasi dua
arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan
motivasi kerjanya. Selanjutnya, yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan tugas
atau tangung jawabnya. Bawahan seperti ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan, akan tetapi kurang memiliki kemauan dalam melaksanakan
tugas. Untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus
aktif membuka komunikasi dua arah dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh
bawahan. Sedangkan gaya delegasi adalah gaya yang cocok diterapkan pada bawahan
yang memiliki kemauan juga kemampuan dalam bekerja. Dalam hal ini pemimpin
tidak perlu banyak memberikan dukungan maupun pengarahan, karena dianggap
bawahan sudah mengetahui bagaimana, kapan dan dimana mereka barus melaksanakan
tugas atau tangung jawabnya. Dengan penerapan gaya kepemimpinan situasional
ini, maka bawahan atau pegawai merasa diperhatikan oleh pemimpin, sehingga
diharapkan produktivitas kerjanya akan meningkat.
- Gaya Kepemimpinan Otoriter
Adalah gaya pemimpin
yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya
sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja
yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran
utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap
semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami
masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun.
Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.Kepemimpinan otokrasi
cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.
- Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan
demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada
para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai
suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Pada
kepemimpinandemokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada
kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai
saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan.
Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki
kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi.
- Gaya Kepemimpinan Bebas
Pemimpin jenis ini
hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara
aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Sementara itu,
kepemimpinan bebas cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen
tinggi.
Dari beberapa teori gaya kepemimpinan maka Gaya Kepemimpinan Klasik yang dipadukan dengan Gaya Otoriter pada kondisi tertentu kiranya cocok untuk diterapkan dan digunakan pemimpin saat ini.
Alasan kenapa Gaya
Kepemimpinan Klasik yang dipadukan dengan Gaya Otoriter pada kondisi tertentu
dapat diterapkan di jembatan timbang karena Gaya Kepemimpinan Klasik merupakan
perpaduan antara unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan
(supporting behavior) dari pimpinan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan klasik
juga menuntut seorang pemimpin untuk memiliki kemampuan dan kemapanan dalam
hal, antara lain :
·
Mengarahkan pegawai
untuk lebih kraetif dan produktif dalam melaksanakan tugas/ pekerjaan.
·
Melakukan pembinaan
kepada pegawai untuk disiplin dan menjaga kredibilitas yang sangat penting
untuk pegawai jembatan timbang.
·
Membuka akses kepada
bawahan untuk memberikan masukan masukan berkaitan dengan pengambilan keputusan
dan pada saat timbul permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan (partisipatif).
·
Memberikan kepercayaan
(mendelegasikan) kepada bawahan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kemampuan
pegawai dalam batasan tertentu
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
http://dishub.jabarprov.go.id/content.php?id=109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar